cetar membahagiakan

inilah salah satu percobaanku

Senin, 30 Desember 2013

POTRET BAHASA INDONESIA DALAM MENJEMPUT ASEAN COMMUNITY 2015


Banyak media yang dapat dipakai oleh masyarakat di abad ke 21 ini, sehingga kehadirannya sangat menentukan dalam kehidupan bermasyarakat. Jenis media massa tersebut seperti media cetak yang terdiri dari koran (harian), tabloid, majalah, dan media elektronik seperti radio, televisi dan yang paling mutakhir saat ini media online atau dikenal dengan internet. Dari aneka ragam media yang ada, masyarakat sepertinya masih belum siap dalam menghadapi semua ini. Sehingga dalam perkembangannya, bahasa Indonesia terkesan masih kalah pamor dengan bahasa asing. Sebagaimana yang tersurat dalam antaranews.com (3/1) “Bangsa Indonesia kini menghadapi krisis bahasa berupa pemakaian bahasa asing yang tidak proporsional dan pencampurbauran bahasa Indonesia dengan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
“Krisis bahasa itu juga disebabkan oleh hilangnya kecintaan terhadap bahasa daerah dan masuknya bahasa asing ke Indonesia dalam layanan umum berupa merek dagang melalui jalur investasi, Bahasa Inggris juga dianggap memiliki daya jual dan daya pengangkat marwah dan wibawa. Itulah sebabnya merek dagang, spanduk, nama perusahaan dan nama hotel atau layanan umum lainnya hampir semuanya dalam bahasa Inggris. hal ini merupakan salah satu bukti bahwa kita mengalami krisis bahasa yang juga berarti mengalami krisis identitas atau jati diri " kata Kepala Balai Bahasa Medan, Prof Amrin Saragih

Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia seakan membuat media masa, khususnya, mempunyai peran fital dalam membina dan mengembangkan Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, tampak dengan jelas, kasus yang melibat sepasang kekasih yakni Vicky Prasetyo dan Saskia Gotik atau yang lebih dikenal  dengan bahasa Vickynisasi. Penggunaan diksi yang tidak umum ini dalam arti adalah diksi yang biasa digunakan oleh banyak kaum intelektual atau akademisi, misalnya: -isasi, -isme, dan lain-lain. Lebih parahnya kasus ini terbawa hingga ke siding kasus korupsi Fathonah, dan masih belum cukup lagi, bahasa “seolah intelek” ini juga dibawakan oleh Syahrini dalam wawancaranya yang dapat dilihat di you tube.
Tidak perlu berbicara banyak tentang masyarakat Indonesia. Di dalam surat kabar Jawa Pos (14/09/2013) karya tulisan Winangun juga menjelaskan bagaimana Presiden kita belum mampu berbicara di sebuah acara formal dengan bahasa yang baik dan benar. Bagaimana tidak, di dalam pidato saat membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia yang berdurasi 1 jam, 8 menit, Presiden SBY telah menggunakan 54 kalimat yang bercampur dengan bahasa Inggris. Antara lain, “Lebih baik yang realistic, achievable, attainable” dan “Sambil kita membangun diri menuju emerging power, emerging nation, emerging country, emerging economy, mari kita pastikan tiga pilar itu secara simultan.”
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa ini masih belum cukup untuk menghadapi beberapa tantangan global di antaranya pasar bebas yang sebenarnya butuh bahasa Indonesia supaya dikenal di luar negeri. Sabagaimana bahasa Indonesia yang sudah diajarkan di beberapa kota di Autralia. Bagaimana mungkin bangsa ini bisa mengikuti perkembangan ASEAN Community, bila dari segi bahasa saja masih tidak pandai.
Oleh karenanya, butuh sinergitas yang baik, dari aparat pemerintahan, sistem pendidikan, dan media.
Pada akhirnya, fenomena ini bukanlah sebuah kesalahan satu individu saja yang disorot oleh massa untuk diperbincangkan dan dipermasalahkan. Namun bagaimana bangsa ini mampu bercermin dan merenungkan sebab yang menghadirkan akibat seperti contoh bahasa Vickynisasi ini sendiri. Maka dari apa yang telah dipelajari jika ditarik hubungan ke belakang dan sedikit mengingat tentang mata pelajaran bahasa Indonesia di bangku sekolah dasar sampai bangku sekolah menengah atas, ternyata pengajaran bahasa Indonesia masih belum mumpungi dan tidak ada inovasi seperti pengajaran bahasa Inggris. Sehingga hal ini membentuk sebuah identitas yang buruk dalam hal berbahasa.

REFERENSI:
Maharani, Dian. 2013. Vickinisasi Pun Mampir di Sidang Fathanah. Dalam http://nasional.kompas.com/. Diunduh pada 9 Oktober 2013. Pukul 17:27   WIB.
Moeliono, Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Ancangan             Alternatif di Dalam perencanaan bahasa. Jakarta: Djambatan.
Rahardi, Kunjana. 2002. Dimensi-dimensi Kebahasaan. Jakarta: Penerbit       Erlangga.

Winangun. 2013. Bahasa Vicky, Bahasa Kita. Jawa Pos. Tertanggal 14         September        2013.

Minggu, 29 Desember 2013

PILIHAN WARNA DAN JARGON PRODUK DALAM IKLAN TELEPON GENGGAN SAMSUNG CORBY: PENELITIAN BUDAYA URBAN


Iklan dalam budaya Urban: Sebuah Pengantar
Iklan menjadi salah satu media komunikasi saat ini. Tujuannya adalah untuk mengenalkan, memberitahukan, menginformasikan, menawarkan suatu barang, jasa, atau sekadar himbauan pada khalayak, dan bagaimana khalayak dapat menangkap maksud dari iklan tersebut. Maka dari situlah iklan bekerja sebagai media komunikasi yang cukup efektif dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Iklan adalah salah satu artefak budaya urban yang paling signifikan terefleksi dan mempengaruhi kehidupan konsumen (Williamson,1978). Pada era postmodern yaitu antara tahun 1960-1970, iklan media cetak memperlihatkan adanya peningkatan penggunaan suatu citra visual (Campbell, 1998), khususnya untuk produk high fashion atau label desainer.
Terdapat dua jenis iklan yang dapat digunakan dalam menyampaikan informasinya, yaitu media cetak (koran, majalah, poster, pamflet, spanduk, dan lain-lain) dan media elektronik (televisi, radio, internet dan lain-lain).
Dilihat dari cara penyampaian, iklan dapat disampaikan secara lisan, tulisan, dan lisan-tulisan. Iklan yang disampaikan secara lisan, dapat didengarkan di media elektronik, sedangkan iklan secara tulisan dapat dilihat di media cetak. Sedangkan iklan yang disampaikan secara tulisan dan lisan merupakan iklan yang dapat dijumpai di televisi dan internet.
Bahasan esai kali ini adalah telepon genggam yaitu Samsung Corby, di mana iklannya beredar di Indonesia sekitar akhir tahun 2009. Karena sajian iklan yang berwarna-warni, juga pada produknya dan jargonnya yang menarik untuk dikaji. Penulis dan pembaca bisa melihat iklan Samsung Corby tersebut di televisi kemudian penulis mendeskripsikan pendapat tentang isi iklan tersebut.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa pengguna yang pernah dan sedang menggunakan produk ponsel tersebut.
Tujuan utama penulis adalah untuk mendapatkan makna yang ada di dalam iklan tersebut dan yang ada dibalik iklan denga jargon yang digunakan, pilihan warna yang ada yang dianggap cukup berpengaruh di budaya urban.

Pilihan Warna Telepon Genggam Samsung Corby
            Identitas manusia dapat ditandai melalui banyak hal yang melekat pada subjek pemakainya. Salah satu identitas yang dapat dikaji saat ini yaitu melalui telepon  genggam. Telepon genggam kian marak digunakan oleh manusia lantaran kegunaannya. Selain itu, hadirnya telepon genggam memberikan berbagai pilihan bagi para konsumen telepon genggam kini.
            Telepon genggam dihadirkan dalam berbagai macam pilihan sebelum konsumen memilih, yaitu kegunaan, bentuk, dan warna. Ketiga hal tersebut mempengaruhi konsumen. Warna termasuk hal yang juga mendominasi latar belakang seorang konsumen memilih suatu produk telepon genggam.
            Salah satu produk yang didominasi oleh pilihan warnanya yaitu, produk telepon genggam ‘Samsung Corby’. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan iklan dari produk tersebut. Iklan tersebut terdapat telepon genggam yang berputar kemudian berubah dan memunculkan berbagai pilihan warna. Jika dinilai dari segi kegunaan, sebenarnya kegunaan telepon genggam tidak ada relevansinya dengan pilihan warna. Tetapi, kekinian warna juga menjadi pilihan seorang konsumen. Warna dipilih berdasarkan kesukaan. Iklan ‘Samsung Corby’ menandakan pilihan warna juga berpengaruh.
            Warna yang dijadikan pilihan untuk para konsumen yaitu sebagai berikut oranye, merah muda, putih, hitam, dan kuning. Kelima pilihan warna tersebut menjadi daya tarik bagi calon konsumen untuk pertimbangan pemilihan produk. Adanya pilihan warna tersebut hanya cenderung sebagai ‘alat’ untuk calon konsumen.
Iklan mengandung banyak unsur untuk menarik minat para calon konsumen. Salah satu dari segi warna yang sedang diusung saat ini. Sebuah warna sendiri mampu menjadi daya tarik bagi calon konsumen karena suatu warna menjadikan pilihan yang beraneka. Selain itu, warna pada telepon genggam sebenarnya digunakan untuk menunjukkan bahwa produk tersebut terdiri dari berbagai pilihan warna. Adanya warna menjadikan pilihan bagi para calon konsumen. Keanekaragaman warna yang diperuntukkan bagi para calon konsumen semata hanyalah inovasi dari produsen sebagai tipu daya agar produk yang dibuat dapat diminati oleh konsumen. Namun, penulis tegaskan bahwa tidak ada relevansi antara warna dengan kegunaan. Kenyataan bahwa warna hanya sebagai alat untuk menari daya minat para calon konsumen agar produk yang dipasarkan tidak hanya dilirik, tetapi juga diminati.

Jargon Produk dalam Iklan Telepon Genggam Samsung Corby
            Seperti yang diketahui bersama, dalam dunia periklanan, banyak produsen memasarkan produknya tidak hanya dengan menggunakan media visual saja, tetapi juga dibutuhkan jargon untuk mendukung nilai jual produknya tersebut. Jargon produk yang dimaksud berupa beberapa kata yang mewakili produknya dan tentu saja kata-kata tersebut yang mempunyai arti nilai jual dan kelebihan dari produknya. Dengan adanya jargon pada produk ini, konsumen menjadi lebih mudah tertarik dengan produk yang ditawarkan, bahkan ada sebagian konsumen yang menilai suatu barang/produk berdasarkan jargon yang ditampilkan.         
Iklan telepon genggam Samsung Corby dengan seri berwarna merupakan wujud nyata dari perkembangan iklan di Indonesia. Telepon genggam ini memiliki variasi warna yang cukup banyak dan menarik, untuk itu produsen ini memasarkan produknya tidak hanya dengan media visual saja, melainkan juga dengan menggunakan jargon.
Samsung Corby memiliki jargon What colour is your life? yang berarti Apa warna hidupmu?, secara tidak langsung telah menarik konsumen untuk membeli telepon genggam tersebut. Tidak hanya dari jargon, tetapi warna yang ditampilkan dalam iklannya membuat calon konsumen lebih tertarik untuk membeli telepon genggam tersebut.
            Jargon ikan berpengaruh sebagai ‘bujukan’ untuk konsumen. Di balik kata colour pada jargon memungkinkan bahwa terdapat pikiran-pikiran terselubung yang ingin disampaikan oleh produsen. Ketika kata colour digunakan untuk penentu suatu identitas seseorang. Jelas bahwa jargon What colour is your life? berpengaruh pada konsumen.
·        Ketika warna pada telepon genggam juga diutamakan oleh produsen untuk membujuk konsumen, maka dengan ‘alat’ berupa iklan dengan jargonnya tersebut lah yang digunakan.
·        Apabila ditelisik berdasarkan nilai guna, tidak ada korelasi antara warna dengan nilai guna, tetapi berawal dari kata colour tersebut dapat mempengaruhi konsumen dalam pembentukan pemilihan seorang konsumen dalam pemilihan produk telepon genggam yang akan digunakan.
Kata life mengarah pada  kehidupan konsumen sebagai subjek yang dituju oleh produsen dan mengartikan tidak sekadar mengarah pada suatu kehidupan, tetapi juga identitas.
Keseluruhan jargon iklan tersebut tidak menunjukkan kegunaan yang lebih inovatif dalam telepon genggam, melainkan ada maksud tertentu sebagai wujud identitas keeksistensiannya dan peran di zaman urban ketika konsumen menggunakannya. Manusia membutuhkan peran di masyarakat untuk diakui keberadaannya. Meskipun iklan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kegunaan, tetapi jargon iklan tersebut bisa menarik perhatian konsumen atas tawaran identitas yang ada.



Hasil Wawancara dengan Responden Pengguna Samsung Corby
            Penelitian mengenai produk telepon genggam Samsung Corby tidak terlepas dari para konsumen yang menggunakannya. Pilihan yang diberikan oleh produsen dapat menjadikan alternative pilihan bagi para konsumen.
Berikut merupakan pendapat dari para pengguna Samsung Corby yang kemudian ditarik relevansinya dengan pemaparan mengenai makna di balik iklan produk telepon genggam Samsung Corby:
Dd mengatakan bahwa dia membeli ponsel tersebut karena tertarik pada iklan yang dilihatnya ditelevisi. Dengan warna-warninya yang lucu, juga unik dan masih jarang ditenui di pasaran. Dari sini, penulis menyimpulkan bahwa Dd merupakan salah satu masyarakat yang terpengaruh oleh adanya warna-warni yang disajikan pada gambar sekaligus iklannya. Sebagaimana jargon utama iklan tersebut yaitu “What colour is your life?”, menggambarkan betapa jargon tersebut mampu memberikan minat pada masyarakat. Walaupun sesungguhnya jika jargon tersebut ditelaah kembali, sesungguhnya itu merupakan pertanyaan berbentuk jargon yang tidak masuk diakal, tentang hubungan penggunaan warna pada telepom genggam dan warna hidup, tetapi terasa penting untuk menunjukkan eksistensinya di zaman urban.
Sementara itu, Lk, juga salah satu pengguna ponsel tersebut, menyebutkan bahwa dia sama sekali tidak tahu menahu tentang adanya iklan tersebut, jargonnya pun dia tidak mengerti. Secara otomatis, dia membeli ponsel tersebut bukan karena mendapat pengaruh dari jargon maupun warna-warni yang ada pada iklan ketika ditayangkan. Sehingga penulis simpulkan bahwa LK membeli ponsel tersebut dengan mempertimbangkan kegunaan, bentuk dan harga.
Ek juga tidak jauh berbeda dengan Lk, Ek membeli ponsel Samsung Corby tanpa terpengaruh iklan beserta jargonnya. Ek menjelaskan dia membeli ponsel tersebut karena bentuknya mirip dengan merk ponsel lain yang saat itu sedang booming.
Dari beberapa respon yang ada, bisa dikatakan masih belum cukup memrepresentasikan semua pengguna telepon genggam yang mendapat pengaruh maupun tidak dari adanya iklan. Karena memang keterbatasan ruang dan waktu.

Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat urban tidak terpengaruh iklan dalam memutuskan pilihan membeli ponsel walau ponsel tersebut ditampilkan dalam iklan yang dikemas dengan menarik dan penuh warna. Masyarakat urban memutuskan pilihan lebih terpengaruh dengan gaya hidup dan tren ponsel yang saat itu sedang booming. Pada dasarnya iklan yang ada merupakan wujud konkrit identitas keeksistensiannya dan peranannya di zaman. Pada akhirnya, Manusia membutuhkan peran di masyarakat untuk diakui keberadaannya.

Referensi:
Williamson, Judith. 1978. Decoding advertisements: ideology and meaning in advertising, Volume 13.

Senin, 18 Februari 2013

FIB Unair


FIB Universitas Airlangga Membara
Kemeriahan tak terbendung di Fakultas Ilmu Budaya (6/12) pada acara Kemah Kebangsaan Festival Budaya. Acara yang bertemakan dengan Seni Merajut Keindahan Budaya Bersatu merupakan acara inti untuk merayakan hari jadi FIB UA.  Rentetan acara yang ada merupakan acara yang sengaja disusun oleh anggota BEM FIB dengan kerja sama beberapa sponsor, salah satunya adalah Lensa Indonesia. Beragam acara mampu menyedot perhatian warga, karena memang acara ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Airlangga saja, melainkan dibuka untuk umum juga agar bisa menikmati kajian budaya yang membahana. Acara ini dibuka kemarin pagi pukul 08.00 WIB dengan acara kirab budaya dengan mengelilingi kampus dan rumah sakit Dr.Soetomo. dari kampus B ke kampus C. Kirab ini dikiuti oleh perwakilan dari tiap jurusan, BSO dan juga BLM. Hampir tiap dari mereka mengaku senang, apalagi bagi yang mahasiswa baru yang lagaknya belum pernah mengikuti acara seperti ini. Peserta berdandang sesuai dengan apa yang mereka wakili, misalnya dari jurusan Sastra Jepang, memakai pakaian Kimono dan yang pria membawa samurai. Hamper semuanya berciri khas, dapat dilihat lagi dari BSO SKI yang peserta prianya memakai kopyah dan kokoh. Namun disitu ada yang lain, ada yang menyimpang. “biasa memang dari tahun ke tahun seperti itu, maunya beda sendiri” Dini mahasiswi Sastra Indonesai 2010. Ya, mereka dari jurusan Sastra Indonesia atau lebih familiarnya disebut dengan sasindo tampil dengan kostum orang Papua. Mereka sudah dipastikan totalitas dalam memeragakan warga ujung timur Indonesia sana. Tampak dengan jelas, bahwa mereka lari-lari di tengah jalan, menggoda orang-orang yang lihat atau orang yang lagi jualan di pinggir jalan. Semuanya kocak dengan gurihnya persaudaraan yang ada.
Tak hanya itu, acara meriah ini juga dipartisipasi oleh Reog dari Sanggar Seni Reog “Singo Mangku Joyo” sehingga cukup memacetkan pengendara yang hendak berangkat kerja atau aktivitas yang lainnya. Acara ini cukup memukau karena hampir di tiap sudut jalan raya yang dilewati sang Reog beratraksi. Para wargapun lagaknya terhibur, terbukti dengan mereka memberi tepuk tangan, memberhentikan pekerjaan mereka sejenak untuk ambil foto, atau bahkan ada juga tukang becak yang berhenti karena ingin melihat acara yang jarang terjadi ini.
Acara ini tidak hanya berakhir dengan kirab saja, melainkan ada atraksi special dari Reog titisan Singo Mangku Joyo tadi dan juga bazar. Hingga tengah hari acara ini berlangsung dan menyedot para mahasiswa juga yang melewati jalan di depan Fakultas Ilmu Budaya. Atraksi bukan sekadar atraksi, melainkan juga ada acara ritual yang sempat lucu dan juga menegangkan. Lucunya, pemain warok yang ada dilakoni oleh anak kecil yang saat ditanya merupakan siswa kelas empat sekolah dasar. Mereka berlenggak lenggok, goyang, dan juga salto beberapa kali hingga mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari penonton.
Acara ekstrimnya adalah ada seorang pemain yang kesurupan, dengan kejang di tempat terlebih dahulu. Kemudian para ahlinya mengikat dan memberi makanan seperti daun bawang kalau diamati. Kemudian orang yang kesurupan tadi diberi jaran kepang. Tak sempat satu menit, si jaran kepang dan orang tadi semakin menjadi. Meraka lincah dan simpang riuh. Acara semakin siang semakin ekstrim, terlihat dengan sang penungganng jaran kepang tadi merendam kepalanya disebuah timba, makan bola lampu hingga makan silet. Hal yang sempat mengerikan penonton. Acara itu berlangsung sampai pukul 12.00 WIB.
Rentetan acara berikutnya terus menyusul, dengan adanya pemutaran filim karya mahasiswa FIB, Kompetisi Sinden Idol, dan juga disusul sepanjang malamnya dengan pertunjukan wayang. Acara ini bukan hanya berlangsung satu hari saja, karena memang akan ada lagi di hari berikutnya dengan acara seminar regional Jawa Timur dengan tema Menghidupkan Karakter Bangsa dengan Paradigma Kebudayaan yang akan diisi oleh Dr. Zawawi Imron dan Listiyono Santoso, kemudian akan disusul oleh FIB Performance yang akan berlangsung di Airlangga Convinence Center (ACC) kampus C, Guest Star, dan ditutup dengan acara orasi budaya oleh Sujiwo Teji, Emha Ainun Najib, Sri Teddy Rusdy dan Prof. Dr Joko Siswanto di ACC kampus C Universitas Airlangga.
Sastra Indonesia 2012