cetar membahagiakan

inilah salah satu percobaanku

Minggu, 30 Desember 2012

pikir-pikir masuk kampus


Pikir-pikir Masuk Kampus
Beberapa bulan lalu saya baru saja mendapatkan hadiah terindah dari tuhan untuk saya dan juga keluarga saya. Saya baru mendapatkan beasiswa Bidikmisi yang untuk segala keperluan perkuliahan dibiayi oleh Negara. Dipikir dunia kampus itu asyik, seru, Cuma buat main-main saja atau bagi yang suka clambing, disinilah tempatnya. Dunia kampus katanya identik dengan anak yang jenius, karena memang secara harfiahnya lahir dari sebutan tiap anaknya, yaitu mahasiswa. Maha yang berarti besar. Pegangannya hanya buku, dan kerjaan Cuma utek-utek alat tulisnya. Padahal yang namanya Maha itu tadi masih bermakna ambigu. Apakah maha yang dimaksudkan adalah maha besar yang sudah saya jelaskan sebelumnya, atau maha disini berarti kurang, atauh haus. Kurangnya bukan sembarang kurang, karena sangking kurangnya disini mahasiswa mencari sebanyak banyaknya ilmu. Atau mungkin memang anak kekinian sudah pada suka hal yang eksis, suka luber, atau hal yang lain sejenisnya. Padahal, kita sebelumnya sudah banyak dijejeli  ilmu yang entah itu masuk atau tidak dipikiran kita. Sehingga kita nantinya diharapkan bisa mengembangkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Mahasiswa memang terpandang wah, siapa yang tidak mau menerima sebutan ini. Dengan stigma masyarakat yang sopan, beradap dan sangat dewasa ini. Mahasiswa memang tempatnya untuk mencari jati diri. Namun, jati diri yang bagaimanakah yang dimaksud?
Berawal dari banyaknya masalah yang dihadirkan oleh mahasiswa. Suka onar, apakah ini merupakan sebuah symbol? Mahasiswa merupakan alat untuk mengembor-ngembor pemerintah. Tiada habis pikir bila kita berpandangan seperti ini. Bisa saya koherensikan sedikit dari apa yang saya pelajari beberapa minggu yang lalu dari dosen saya. Dimana terdapat tiga lapisan masyarakat yang menjadi momok dalam kehidupan. Kaum buruh, kaum kapitalis dan kaum intelektual. Dimana  kaum buruh yang begitu mengandalkan kehidupan dari kaum kapitalis, dan kaum kapitalis yang begitu congkak dengan semua keadaan yang mereka miliki. Sedang untuk kaum intelektualnya, adalah mereka yang hanya bisa koar-koar tanpa adanya tindakan. Kaum intelektual yang masih bingung, untuk membela yang mana. Ketika kaum buruh hendak meminta untuk gajinya dinaikan. Apakah yang hendak dilakukan kaum intelektul? Mungkin bisa kita sambungkan dengan kaum intelektual adalah para mahasiswa. Apa ini citra mahasiswa yang begitu dinilai wah. Padahal saya juga tertarik untuk jadi mahasiswa dari sisi ini. Kemungkinan. Kaum buruh yang begitu sengsara, hingga keadaan yang memaksanya untuk melaksanakan seperti itu. Kaum buruh yang datang dengan semangat menggebu, namun menghasilkan gaji yang kurang setimpal. Mereka mulai menuntut kebijakkan. Apakah semua jaminan yang sudah ada bisa mewakili mereka untuk hidup yang jauh dari kekurangan?
Kaum kapitalis yang merasa menganggap dirinya yang berkuasa. Padahal, fakta telah merujuk bahwa adanya kaum capital di Negara ini justru menghadirkan masalah yang cukup mencekam. Kasus korupsi terjadi dimana-mana, krisis moneter, dan lain-lain. Sebenarnya bisa kita lihat, bahwa mayoritas kaum capital adalah orang yang berasal dari luar negeri. Mereka Cuma punya modal, hingga bisa memanistasikan saham yang mereka miliki di pabrik sana-sini. Hadirnya kaum kapitalis juga seolah mengingatkan kita pada sikap postkolinialisme, dimana kita masih saja mempunyai ikatan dengan penjajah walaupun keadaan sudah tidak terjajah. Sudah menjadi ikatan bila kita benci tapi rindu, bahkan cinta kepada penjajah. Kita tidak boleh muna. Banyak fakta yang merujuk seperti itu. Banyaknya kelebihan yang ada, juga sempat menuai dan menggait ikatan pemerintah untuk kerja sama dengannya.maka tak heran, bila pemerintah yang harusnya bisa menjalankan ideologinya malah bisa mendalih dan mendeleng untuk tuntutan masyarakat.kita jauh lebih mementingkan sikap individualism ketimabang kebersamaan. Mungkin bisa kita tilik pada permasalah yang ada pada abad 500 SM. Maka dari beragam yang telah ada, dapat kita lihat pada kadelioskop tahun ini. Berapa pejabat Negara yang terlibat kasus korupsi dan yang sama sekali memalukan Negara ini.
Bagi kaum intelektual, mungkin bisa jadi juga bisa bernasib sama dengan pejabat yang masuk penjara tadi. Saya tidak muna. Semua kemewahan yang ada di Kampus, ini datangnya dari mana.semua kemewahan yang ada, apakah sudah cukup bisa membongkar dan mendirikan bangunan baru. Merekontruksi semua yang sudah tidak pop. Mahasiswa seperti saya, terutama saya memeng sebenarnya masih belum tahu apa-apa, mungkin bisa saja jadi hal yang lewat begitu saja. Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah semua hal yang terkadang terlihat asyik dan baik, itu belum tentu terbaik buat kit. Namun juga terkadang bila opini kita jelek terhadap sesuatu, mungkin itu yang baik bahkan terbaik buat kita.
Kilas balik dari keterangan dosen saya, bahwasanya: asumsi dasar dari postmodern adalah yang terpeting penampilan, bukan isinya. Sama halnya dunia kampus yang tadinya saya kira akan berjalan dengan mulus, namun masih ada beberap yang sempat menjeritkan hatiku, berangkat untuk membawa nama bangsa dan memperbaiki keadaan masyarakat, namun terjebak dalam pelukan tipuan belaka yang menyeramkan.
Dibilang postmodern karena memang kita sudah terlampau jauh dari perkembangan IPTEK,.  Yang ada hanya mengolah dan mengontrol keberadaan moderinitas ini.
Selamat malam dan selat tahun baru.
12/30/2012 10:02 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar