RANGKUMAN SEJARAH PERKEMBANGAN FILOLOGI DALAM BUKU PENGANTAR TEORI
FILOLOGI (hlm.32-54)
Sejarah Perkembangan Filologi
Ilmu
filologi Yunani lama merupakan ilmu penting yang menyajikan kebudayaan Yunani
lama yang tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai
sumber dari segala ilmu pengetahuan, namun tidak hanya berpengaruh dalam dunia
barat tetapi juga kawasan timur tengah, Asia dan asia Tenggara, dan kawasan Nusantara.
Ilmu filologi pun berakar pada kebudayaan Yunani kuno.
A. Filologi di
Eropa Daratan
Ilmu
filologi berkembang di kawasan kerajaan Yunani, yaitu di kota Iskandariyah di
benua Afrika pantai utara.
1. Awal
Pertumbuhannya
Awal
kegiatan filologi di kota Iskandaria oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 S.M.
dengan membaca naskah Yunani lama yang mulai ditulis pada abad ke-8 S.M. dalam
huruf Yunani kuno (Huruf bangsa Funisia). Naskah itu berkali-kali disalin
sehingga mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Para
penggarap naskah-naskah itu dikenal dengan ahli filologi, di cetus oleh
Eratosthenes. Para ahli filologi memiliki ilmu yang
luas karena dalam memahami isi naskah perlu mengetahui huruf, bahasa, dan ilmu
yang dikandungnya. Dan kemudian menuliskannnya kembali sehingga dapat
diketahui oleh masyarakat pada waktu itu.
Metode
yang digunakan untuk menelaah naskah dikenal dengan ilmu filologi. Metode taraf
awal berkembang dari abad ke abad hingga kini. Para ahli menguasai ilmu dan
kebudayaan Yunani lama yang dikenal dengan aliran Iskandariyah.
Naskah
yang ditulis oleh para budak belian yang diperdagangkan di sekitar laut tengah
ini bertujuan untuk kegiatan perdagangan. Namun sering terjadi penyimpangan
karena tidak memiliki kesadaran terhadap nilai keotentikan naskah lama. Oleh
karena itu perlu adanya perbaikan yang musti dilakukan oleh ahli filologi.
Kerusakan atau kekorupan bahasa terjadi karena ketidaksengajaan, bukan ahli
dalam ilmu yang ditulis, atau karena keteledoran penyalin.
Sesudah
Iskandariyah jatuh ke dalam kekuasaan Romawi, kegiatan filologi berpindah ke
Eropa selatan, berpusat di kota Roma dengan melanjutkan filologi Yunani
(meneruskan mazhab Iskandariyah) yang tetap menjadi bahan telaah utama dan
bahasa Yunanai tetap digunakan. Pada abad ke-1 perkembangan tradisi berupa
pembuatan resensi terhadap naskah berkelanjutan hingga pecahnya kerajaan Romawi
pada abad ke-4 menjadi kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur. Dan mempengaruhi
perkembangan filologi selanjutnya.
2. Filologi di
Romawi Barat
a.
Filologi di Romawi Barat Penggarapan di arahkan kepada naskah-naskah dalam
bahasa latin yang berupa puisi dan prosa, sejak abad ke-3 telah digarap secara
filologi. Bahasa latin menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Adapun telaah naskah
keagamaan yang dilakukan oleh pendeta dan berakibat pada naskah Yunani yang
mulai ditinggalkan, bahkan dipandang naskah yang berisikan paham jahiliyah
sehingga terjadi kemunduran.
b.
Filologi di Romawi Timur Telah muncul pusat-pusat teks Yunani, misalnya di
Antioch, Athena, Iskandariyah, Beirut, Konstaninopel, dan Gaza. Selanjutnya
berkembang menjadi perguruan tinggi. Dalam periode itu mulailah muncul tafsir
pada tepi halaman naskah, disebut dengan scholia.
c.
Filologi di Zaman Renaisan Renaisans di mulai dari Italia pada abad ke-13,
menyebar ke negara Eropa lainnya dan berakhir pada abad ke-16. Dalam arti sempit renaisan adalah periode yang di dalamnya
kebudayaan klasik diambil lagi sebagai pedoman hidup; dan dalam arti luas
adalah periode yang di dalamnya rakyat cenderung kepada dunia Yunani klasik
atau kepada aliran humanisme . Pada abad ke-15 jatuhnya kerajaan Romawi
Timur ke tangan bangsa Turki dan ahli filologi berpindah ke Eropa Selatan
(Roma). Penemuan mesin cetak di Gitenberg (Jerman) menyebabkan perkembangan baru dalam bidang
filologi. Di Eropa, filologi diterapkan untuk telaah naskah lama nonklasik.
Abad ke-19 ilmu bahasa atau linguistik berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri,
terpisah dari ilmu filologi. Pada abad ke-20 pengertian filologi di Eropa
daratan tetap seperti semula ialah telaah teks klasik, sedangkan di kawasan
Angio-Sakson berubah menjadi linguistik.
B. Filologi di
Kawasan Timur Tengah
Sejak
abad ke-4 kota di Timur Tengah memiliki pusat studi berbagai ilmu pengetahuan
yang berasal dari Yunani, seperti Gaza, Belrut, Edessa, dan Antioch. Abad ke-5
dilannda perpecahan gerejani maka para ahli filologi berpindah ke kawasan
Persia. Dalam lembaga ini naskah Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Siria dan
bahasa Arab. Kota Harra di Mesopotamia pernah menjadi pusat studi naskah
Yunani, penduduknya yaitu Sabean, suku yang tergolong kuno dan mahir dalam
bahasa Arab.
Zaman
dinasi Abasiyah, dalam pemerintahan khalifah Mansur (754-775), Harun Alrasyid
(786- 775), dan Makmun (809-833). Puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani
ada dalam pemerintakahn Makmun.
Sebelum
kedatangan agama Islam Persia dan Arab memiliki karya yang terbilang
mengagumkan misalnya Mu’allaqat dan Qasidah. Kegiatan meluas ke kawasan luar
Negara Arab setelah Islam berkembang serta mistik Islam berkembang dengan maju
di Persia, abad ke-10 hingga abad ke-11. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke
Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 hingga abad ke-15 menyebabkan ilmu
pengetahuan Yunani yang telah diserap oleh bangsa Arab kembali masuk ke Eropa
dengan baju Islam. Abad ke-17 telaah teks klasik Arab dan Persia di eropa telah
dipandang mantap, di Cambridge dan Oxford. Dan abad ke-18 didirikan pusat studi
kebudayaan ketimuran oleh Sivester de Sacy dengan nama Ecole des Langues
Orientales Vivantes. Sehingga lahirlah ahli orientalis Eropa, yaitu Etienne
Qutremere (1782-1857), De Slane, De Sacy (bapak para orientalis di Eropa).
C. Filologi di
Kawasan Asia: India
India
adalah bangsa yang dipandang memiliki cukup dokumen peninggalan masa silam
seperti prasasti dan naskah-naskah. Kontak langsung dengan bangsa Yunani ada
pada zaman Raja Iskandar Zurkarnain yang mengadakan perjalanan sampai ke India
pada abad ke-3 S.M. daerah Gadhara terdapat seni patung, bukti dari pengaruh
Yunani. Patung Buddha yang dipahat seperti patung Apollo. Perpaduan antar
budaya Yunani, Hindu, Buddha, dan Jaina dinamakan kebudayaan Gadhara, dan
mencapai puncaknya pada zaman raja Kaniska Kusana (ke-78 – 100).
Abad
ke-1 terjadi kontak antara India dan Cina. Ada pula yang menterjemahkan
naskah-naskah India ke dalam bahasa Cina, yaitu Fa-hian, Hiuen-tsing, dan
I-tsing. Kontak India dengan bangsa Persi lebih awal dari bangsa-bangsa
sebelumnya. Namun hubungan itu belum memberikan informasi yang mantap. Masuknya
karya sastra India Pancatantra yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persi.
Alberuni, seorang Arab-Persi, pernah mengunjungi India pada tahun 1030 dan
mempelajari naskah-naskah India untuk mengetahui kebudayaan bangsa itu.
1. Naskah-naskah
India Kesusastraan Weda (kitab suci agama Hindu), kitab suci Brahmana, kitab
Aranyaka, dan kitab Upanisad.
2. Telaah Filologi
dari Naskah-naskah India
Sampai
pertengahan abad ke-19 telah banyak dilakukan telaah terhadap karya sastra
klasik India. Dengan telah dilakukan studi terhadap weda dan kitab-kitab agama
Buddha lainnya dari segi materi perkembangan filologi di India telah dipandang
lengkap. Semenjak tahun1850 banyak dilakukan kajian terhadap sastra klasik
India secara ilmiah, dan diterbitkan sejumlah naskah dengan kritik teks.hingga
pada awal abad ke-20 daftar tersebut sudah meliputi beribu-ribu naskah.
D. Filologi di
Kawasan Nusantara
Kawasan
Nusantara terbagi dalam banyak kelompok etnis, memiliki bentuk kebudayaan khas, tanpa meninggalkan
sifat kekhasan budaya Nusantara.
1. Naskah
Nusantara dan Para Pedagang Barat Hasrat mengkaji naskah Nusantara timbul
dengan kehadiran bangsa barat abad ke-16. Yang mengetahui pertama naskah lama
adalah para pedagang. Dan maraknya perdagangan naskah kuno. Peter Floris dan
Pieter Wilemsz van el binck adalah seseorang bergerak dalam perdagangan naskah kuno. Di
zaman VOC usaha mempelajari bahasa-bahasa Nusantara hampir terbatas pada bahasa
Melayu.
2. Telaah Naskah
Nusantara oleh Para Penginjil Sesuai dengan teori filologi, sastra lisan
termasuk kajian filologi, maka diantara penginjil ada yang mengkaji sastra
lisan daerah yang didatanginya, karena kelompok etnis belum mengenal huruf
sehingga budayanya masih disimpan dalam sastra lisan, seperti daerah Toraja
oleh. N. Adriani dan Kruijt.
3. Kegiatan
Filologi terhadap Naskah Nusantara Kehadiran NBG ke Indonesia mendorong
tumbuhnya kegiatan untuk meneliti naskah-nasah Nusantara. Minat itupuun timbul
pada para tenaga Belanda dan Inggris. Kajian ahli filologi bertujuan untuk
menyunting, membahas serta menganalisis isinya dengan menggunakan metode intuitif
atau diplomatik.
Perkembangan
selanjutnya disunting dalam bentuk transliterasi huruf Latin dan berkembang
lagi dalam bentuk bahasa asing terutama bahasa Belanda. Adanya telaah naskah
untuk tujuan pembahasan isinya, yang ditinjau dari berbagai disiplin.
Kegiatan
filologi terhadap naskah Nusantara, mendorong berbagai kegiatan ilmiah,
terutama dimanfaatkan oleh disiplin humaniora dan disiplin ilmu-ilmu social.
Semua kegiatan itu telah memenuhi tujuan filologi, ialah melalui telaah
naskah-naskah dapat membuka kebudayaan bangsa dan telaah mengangkat nili-nilai
luhur yang tersimpan di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar