Budaya hidup sehat dengan sampah
plastic
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alamnya, hal ini mungkin yang
menarik orang asing untuk mengunjungi Indonesia sendiri, negara dengan jumlah
penduduk ke-tiga setelah Cina dan India. Bermulah dari inilah lahir perubahan
sosial, entah akulturasi ataupun asimilasi. Yang jelas Indonesia tidak bisa
menolaknya dan warga semakin gencarnya untuk hal ini. Kita memang aneh, semua
yang asing dan baru kita contoh, sedangkan tradisi yang sudah turun temurun
kita tinggalkan.
Salah
satu keanehan itu adalah sikap apatis warga terhadap lingkungan menciptakan
suatu kondisi yang tidak kondusif. Terlebih warga perkotaan, kita sendiri.
Namun semuanya juga tak lepas dari itu saja, kondisi lingkungan tempat kita
tinggal juga berperan dalam masalah yang sering kali menganggu, namun tidak
mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Penumpukan
sampah. Sampah memang hal yang wajar bagi kita. Apalagi di era Modern yang
serba instan ini. Namun pernahkah kita berfikir, satu sampah mencicil bencana
bagi kita. Bencana alam, maupun pribadi.
Kita ambil saja satu sempel, yaitu sampah plastic. Yang tentunya lagi trennya
masyarakat. Dengan plastic, masyarakat bisa berlindung dari hujan, bisa juga digunakan
untuk membungkus hal-hal yang kecil, snack, bungkus sampah dan lain sebaginya.
Palstik,
merupakan bahan yang mudah kita jumpai saat ini, tapi, ada satu unsure kimia
berbahaya yang sebenarnya egan kita lirik dan pelajari itu. Bahan kima itu
adalah PP (polypropylene), V atau PVC (polyvinyl chloride).
Satu plastic mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk kita dan lingkungan.
Sampah anorganik ini seringkali berserakan dan bersebaran dimana-mana. Tanpa
kita pungut dan bersihkan. Kedominanya di masyarakat hingga bisa mendatangkan
penyakit. Seperti malaria, karena seperti yang kita ketahui saat ini, musim di
Indonesia sudah berganti dari musim kemarau menjadi musim hujan. Dimana air mudah
tergenang. Hubungannya, jika ada plastic yang berserakan disana, tentunya
plastic itu tadi membuat suatu kubangan hingga menampung air hujan yang turun,
walaupun itu sedikit. Dan dengan ini, nyamuk dengan mudah hidup dan lebih
senang akan ini semua. Apalagi nyamuk betina yang bisa dibuatnya sebagai sarang
guna menelurkan cikal-bakalnya. Masalah yang dapat saya tangkap berikutnya
adalah masalah penumpukan sampah, terutama plastic yang ada di sungai. Sadar
ataupun tidak, jika lama-kelamaan hal ini telah menjadi dalang dari bencara
banjir yang sering menimpa masyarakat Indonesia, tak pandang kota maupun desa.
Tak tanggung-tanggung, banjirnyapun bisa sampai masuk ke Rumah warga. Kemudian,
masalah lainnya adalah sampah plastic yang
sulit terurai dalam tanah, jadi bila ada sampah plastic yang tertimbun di
tanah, apalagi kalau musim hujan seperti saat ini, plastic bisa saja mudah
tertimbun dalam tanah. selirnya bisa mengakibatkan struktur tanah menjadi
rusak. Dan bila tanah rusak, maka erosi terjagi dimana-mana.
Ada
beberapa hasidt yang sering kali kita dengar tapi tak pernah kita laksanakan,
diantaranya, kebersihan sebagian dari iman, Allah dzat yang indah dan mencintai
keindahan, dan masih banyak yang lainnya. Mungkin ini yang perlu di tanamkan
kembali, masalah yang ada diatas itu juga sudah dijelaskan sebelumnya dalam
Al-qur’an yakni kesalah yang ada di muka bumi ini adalah ulah kesalahan manusia
sendiri. Oleh karena itu perlu stigma baru dan jadikan hadist dan ayat diatas
sebagi bina diri dalam menciptakan lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman.
Memang benar bila sampah adalah bagian pokok dalam kehidupan.
Semua
bersumber dari hal sepele, namun bila tidak segera diatasi sama saja dengan
bohong. Maka dari itu, saya bisa memberikan beberapa solusi yang tepat buat
permasalah ini, yakni dengan mengolah kembali produk sampah plastik itu tadi,
jangan pernah membuang sampah plastic itu tadi begitu saja, kita bisa buat tas
yang unik dan menarik, bisa juga digunakan untuk alas kita piknik dan juga
dibuat payung. Ini semua dilakukan dengan cara menjahit dan tentunya marajut
untuk bisa membuatnya hal yang berharga.
Selain
bisa mendatangkan uang tambahan bagi kita, kita juga bisa membuka lapangan
pekerjaan bagi tetangga, misalnya ibu-ibu yang kurang pekerjaan. Ini cukup bisa
membantu ekonomi keluarga yang lain juga. Bahkan bila usaha kita ini
berkembang, kita juga bisa membuka cabang dengan system waralaba. Untuk masalah
pengembangannya, awal mula kita bisa menitipkannya pada tetangga kita yang
mempunyai toko, warga kampung sebelah dan kemudian mencobanya ke pasar
tradisional. Bila terus laris, maka banjiran pesanan naik dan bisa menjadikan
itu semua sebagai tanda dan buah tangan khas dari daerah kita.
Bisa
dibilang ini alternative yang cukup hemat. Hemat tenaga, hemat keluarga. Ini
bisa dibuat dirumah sendiri tanpa harus melangkahkan kaki kita dari rumah.
Selain itu, ada yang mengolah sampah plastic itu menjadi bahan dapur. Seperti mangkok,
piring, dan gelas. Mungkin ini boleh jadi, namun hasil riset telah menyebutkan
bahwa bahan-bahan plastic yang didaur menjadi bahan jadi siap pakai terutama
sebagai wadah untuk makanan, lama kelamaan bisa menimbulkan penyakit pada tubuh
kita. Memang awalnya tidak masalah, tapi
bila ini berlangsung lama, maka lambat laun lambung kita, jantung kita mulai
lemah dan kurang dapat berfungi dengan wajarnya.sebagimana yang ditegaskan oleh
Dr. Yadi Haryadi, ahli pangan dari Institut Pertanian Bogor. Mulanya plastic
berfunsi untuk menutupi makanan dari kuman, dan bila sampai dijadikan bahan
yang seperti diterangkan di atas, maka ini juga sama saja penyaluran kuman tersebut
kedalam makanan. Beliau juga menghimbau kepada para orang tua agar supaya
selalu mengawai tingkah pangan anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar