Kisah perjalanan PSG (prakerin)
Untuk
kali pertamanya saya mendengar kabar bahwa 17 Januari akan diadakan PSG, disaat
itu pula saya senang dan amat tertarik pada kegiatan tersebut. Dengan begitu,
pelajaran produktif yang saya dapat selama ini saya pelajari di Sekolah dapat
ter-expose. Namun disisi lain, hati
ini sedikit bingung, akan kemanakah saya harus melakukan kegiatan tersebut?
Berbagai dareah tujuan prakerin diperkenalkan oleh guru-guru. Mulai dari
Surabaya, Malang, Probolinggo, hingga kota sendiri. Namun, yang paling menarik
hatiku adalah Surabaya. Karena selain guru-guru juga menjukkan beberapa
keunggulan si kota pahlawan tersebut, kakak kelas saya yang pernah PSG
disanapun menjelaskan bahwa kualitas keahlian yang didapat disana. Dan sesegera
mungkin saya ceritakan kepada kedua orang tua saya. Seenarnya orang tua saya
menginginkan saya untuk tetap berada di Pasuruan, namun, kerena keinginanku
yang sudah menggebu-gebu, akhirnya orang tua saya menyetujuinya.
Dalam
perjalanan PSG, bermula sekitar Desember lalu, waktu itu, saya dan ke empat
temanku kali pertamanya pergi ke Surabaya. Dan sebelumnya, kami sudah
mendapatkan surat pengantar dan izin dari kepala sekolah. Dan kamipun
berangkat. Namun saat itu sedikit bingung, karena diluar terdapat dua alternatif
untuk mencapai Surabaya. Yaitu bis antar kota dan kereta api. Disana kita terus
berunding, membandingkan dan mengambil biaya termurah dari keduanya. Dan
hasilnya pun, kereta jauh lebih terjagkau ketimbang bis. Kamipun ter us
berjalan kestasiun, melewati lika-liku jalan, serta keramain kota. Akhirnya,
kitapun sampai di Stasiun. Namun sayang seribu sayang, semuanya seakan percuma.
Karena kereta jurusan Surabaya sudah beragkat, dan akan ada lagi Cuma jam 11.30
nanti. Namun bukan distasiun tersebut, tapi di stasiun Bangil. Dan kamipun
segera bergegas untuk pergi kesana. Kami harus naik turun angkot sebanyak dua
kali. Pertama kita harus naik angkot sampai ke pertigaan Keraton, kemudian,
naik bis kota. Dan akhirnya, kami sampai juga disana. Dan setibanya, kami harus
menunggu hingga loketnya buka. Sekitar jam sebelasan, barulah loket tersebut
dibuka. Dan kamipun segera membeli tiket disana. Namun karena keretanya masih
setengah jam lagi, jadi momon tersebut kami manfaat guna foto-foto disana.
Setelah
beberapa menit kemudian, akhirnya kereta yang kita tunggu-tunggu akhirnya
datangnya juga. Dan kamipun menaikinya.
Setelah
beberapa menit, akhirnya kereta yang kita tumpangi, sampai juga di tanah
pahlawan. Tepatnya di stasun Wonokromo.
Hal yang pertama kalinya saya lakukan disana adalah sholat dzuhur berjama’ah,
dan dilanjutkan dengan kenaikan kita keangkot kota sana, agar dapat menuju
Hi-Tech Mall. Dan sesampainya disana, kami pun membagi diri menjadi du
kelompok. Dan segera berpencar untu mencari tempat PSG. Dan saya masih ingat
betul, ketika saya dan teman saya masuk kesebuah toko, untuk kali pertamanya
kami langsung ditolak mentah-mentah. Tapi merupakan hal yang biasa, dan dapat
menguatkan kami disaat mencari pekerjaan kita kelak. Kami terus mencari dan mencari,
masuk dan masuk ke pertokohan. Baik itu toko kecil maupun besar. Dan kebetulan,
ketika kami memasuki salah satu toko yang ada, dengan kepemilikan orang Cina,
kamipun dites terlebih dahulu.dan hasilnya, kami tidak lolos. Sebenarnya, saya
saja yang lolos. Namun karena kedua teman saya tidak lolos, jadi saya memilih
untuk melepaskannya. Kami terus saja berputar-putar disana. Hingga ada suatu
toko membuka lowongan bagi kami magang. Tapi Cuma dua orang, dan kamipun
menerima tawaran tersebut.
Hari
yang cukup melelahkan. Sesampainya di rumah,
hari sudah malam. Walau begitu dan rasa capekku yang berlebihan,
akhirnya saya mandi tengah malam. Dan akhirnya kami menceritakan semua
pengalaman itu kepada teman-teman.
Hari
terus berganti hingga sekitar dua harian sebelum hari H, semua anak yang magang
di Surabaya dikumpulkan oleh pak Pras guna diberi pengarahan, mana yang boleh
dan tidak dilakukan disana. Setelah semuanya pada clear akhirnya kami harus memutar otak kita, enaknya kita naik apa
untuk pergi kesana, ada yang ingin carter, naik kereta dan juga bis. Semuanya
diperhitungkan dengan matang, hasilnya ialah kita naik bis. Sedangkan
pembimbingnya menyusul naik motor. Dan hari H nya pun kami berangkat untuk
mengantar buku panduan untuk DUDI serta jurnal untuk kita. Serta kita gunakan
kesempatan tersebut untuk mencari tempat kos.
Setelah
disana kami tidak masuk kedalam THR, melainkan kita mencari tempat kos terlebih
dahulu. Pertama kali kami masuk gang paling dekat dengan sana, dareah kumuh,
kami hanya berputar-putar saja disana. Melihat suasana dan lingkungan yang ada.
Sesekali kami juga tanya pada warga sekitar, tempat kos yang sekiranya nyaman
dan murah. Dan orang tersebut mengantarkan kami pada sebuah rumah. Namun
harganya tidak terjangaku. Keadaannya cukup bagus kiranya ada magang juda
disana. Kami tidak langsung menerima tawaran tadi, melainkan kami terus saja
berusaha menawarnya. Sembari diskusi disana. Hingga kami benar-benar memilih
untuk meninggalknannya. Kami tak menyerah dengan ini semua. Kami terus saja mencari-cari
hingga jam menunjukkan pukul 11.30. akhirnya kami memutuskan untuk menunaikan
ibadah sholat Jum’at terlebih dahulu.
Setelah
kami sholat Jum’at, kami melanjutkan perjalanan kami, kita coba memasuki gang
yang pertama kali kami masuki tadi. Kami coba untuk lebih bersabar, dan
memasuki tiap kos-kosan yang ada. Dan kebetulan ada warga yang menunjukkan
kos-kosan dengan kami, tempatnya dekat surau pula. Tempatnya lumaya juga,
hingga kami memutuskan untuk mengambil tawaran orang tadi.
Selang
beberapa hari, kamipun mulai melaksanakan kegiatan prakerin disana. Hari
pertama, ongkos dan uang jajan banyak, kamar tertata rapi. Dan itu berlanjut
hingga satu bulan kedepan. Namun, dua sampai tiga bulan berikutnya, kamar pada
acak-acakan, dan tak heran bila uangku banyak hilang/ entah itu dicuru atau
terselip diantara kekotora tadi. Keadaan begitu ramai, soalnya memang bukan
dari kami saja, disama juga ada anak PSG juga dari Mojokerto. Namun kekacauan
tersebut membuat kita sebel tatkala kami mandi atau cuci baju. Tapi terutama
mandi, kami harus mengantri berjam-jam terlebih dahulu. Maka tak ayal bila kami
telat dalam berangkat. Tapi sukurlah DUDI mewajarinya. Selain antrian mandi,
yang sangat menyesalkan adalah para tikus liar dengan ukuran jumbonya.
Terkadang kami dibuat tertawa olehnya, baaimana tidak, disaat kami tertidur
pulas, para tikus tadi berkeliaran dan masuk kamar kami. Entah sengaja atau
tidak, bilamana si tikus tidak menemukan makanan di tempat kami, kaki kami lah
yang menjadi santapannya. Jadi orang yang tergigit tadi sentak kaget dan
terbangun seketika itu pula. Dan yang lainpun sentak terbangun dan
menertawakannya. Semua terbahak gurih diatas tengahnya malam.
Pada
hari pertama saya masih bingung apa yang harus saya kerjakan. Dan saya sama
sekali tidak menegenal dengan itu semua. Siapa saja nama pegawai disana. Namun
setelah kami untuk pertama kalinya diajak mengambil barang, akhirnya saya
sedikit akrab dengan pegawai yang ada disana. Termasuk anak-anak tyang juga
magang disana. Dan tanggung-tanggung, kami minta nomer masing-masing dari anak
yang magang dan juga nomer pegawai yang ada disana. Dan hampir setiap malam
kami saling kontak, dan akrab dengan semuanya. Hingga kami semua jadi anak emas
disana,\. Kami sangat bahagia disana. Semua apa yang kami mau, pasti
diturutinya. Hingga akhirnya hari-haripun terlalui dan genap tiga bulan. Tugas
magangpun berarti telah selesai. Alhamdulillah..
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar