cetar membahagiakan

inilah salah satu percobaanku

Kamis, 29 Desember 2011

Indonesia Kalah Untuk Menang

INDONESIA KALAH UNTUK MENANG
Kita tentu masih ingat dengan beberapa insiden yang pernah terjadi di negara kita tercinta ini. Tak ayal, karena kurun waktu insidennya hanya selang beberapa bulan saja. Dan tentunya belum genap setahun. Salah satu insidenya adalah beberapa kebudayaan di negrei ini dikalaim oleh negara tetangga.
Malaysia. Negara yang amat dekat bahkan menempel di salah satu pulau nusantara Indonesia. Letaknya memang sangat strategis. Dan salah satu kotanya dilalui oleh garis pembelah bumi, yakni garis khatulistiwa.karena berada tepat di tengah negara kesatuan negara kesatuan Republik Indonesia. Maka hal tersebut sempat menarik Ir. Soekarno pada jaman dahulu untuk menunjuk pulau bak ayam betina tersebut sebagai ibu kota negara Republik Indonesia. Tapi kerena beberaa factor, termasuk perundingan terlebih dahulu. Maka pulau tersebut tak bisa menjadi ibu kota, dan sebagai penggantinya, kota Batavia atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan DKI Jakartalah yang yang menduduki ibu kota Negara Republik Indonesia
Kembali lagi ke topic awal. Beberpa budaya yang di klaim oleh Malaysia, seperti : Reog Ponorogo, Tari Remo, Angklung dan sebagainya, sempat menorah aksi mencengkram dari kalangan masyarakat. Seakan tak merelakan budaya mereka diambil sekenaknya saja. Demo missal terjadi di kantor-kantor pemerintahan yang ada. Menuntut kebijakan dari pemerintahan.
Mana bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menjagakeaneragaman budaya yang ada ?
Dan bahkan dalam Undang-Undang Dasar Negara 1945 pasal 32 ayat 1 telah dijelaskan bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradapan dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memilih dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Tapi sekarang faktanya telah berbeda. Bukannya untuk memajukan kebudayaan Indonesia, melainkan menghilangkan kebudayaan itu sendiri. Hal ini juga sempat menuai para relawan yang tentunya rela mati demi kecintaannya pada NKRI. Mereka bersedia untuk perang Negara Malaysia. Tapi keputusan Presiden berkata lain, maka kita sebagai warga yang hanya biasa berdiam diri saja, oh tidak,.? Dengan kejadian ini, semoga masyarakat bias menjaga dan lebih memperketat filter lagi terhadap orang-orang asing yang ingin belajar kita.
Sebagai akibat dari kejadian ini, selain kekayaan budaya kita berkurang, hal ini mungkin juga bias menurunkan devisa Negara. Tapi it’s OK ? ada banyak fakta serta hidayah yang terkuak dari sini.1. ternyata banyak masyarakat Indonesia yang mempunyai sifat nasionalisme yang tinggi. 2. Di era globalisasi ini, ternyata UUD 1945 terkesan mati. 3. Negara Malaysia kurang lebih adalah Negara pecungang, saya cantumkan kata ini, karena faktanya memang begitu. Disamping kasus peng-klaiman budaya ini, kita tentunya masih ingat kejadian pada final piala AFF yang pada session pertama berlangsung di Malaysia, disitu tertampang jelas, bahwasannya memang masyarakat sana terbilang kece ?. 4. Dengan terjadinya ini, banyak acara tv yang lebih mengenalkan beragam legenda yang ada. 5. Semoga dengan kejadian ini, pemerintah di bantu perangkatnya bias memenuhi tuntutan ayat 32 UUD ’45. Tentunya tetap memajukan serta mematenkan budaya kita pada lembaga PBB. 6. Jangan terlalu percaya dengan Negara lain, walaupun itu tetangga sendiri. 7. Beri filter yang kuat terhadap budaya Indonesia
Sebenarnya, kejadian ini bukan semata karena system pemerintah yang dapat disebut lemah. Melainkan juga disebabkan oleh kesalahn masyarakat sendiri karena disini masyarakat hanya bisa menjadi partisipan dalam memamerkan budaya Indonesia. Dan secara bebas namun masih komersil mengajarkan budaya pada bangsa lain. Selain itu, faktornya juga bisa disebabkan oleh kegiatan transmigrasi masyarakat dan menetapkan diri di Negara tersebut mampu membawa daya tarik pemerintah disana, dengan memaksakan untuk menunjukkan kebudayaan asalnya. Mengapa saya dapat katakan transmigrasi ?     karena memang banyak batas Negara yang masih terbilang gambling. Sehingga tak tabuh bagi negar tetangga bebas masuk dan keluar nega kita ini.
Kita berhapap pemerintah bisa membuka telinga lebar-lebar dan tentunya peduli dengan suara-suara kritis masyarakat. Sehingga aka nada respon yang kontruktif sesuai dengan aspirasi rakyat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar