cetar membahagiakan

inilah salah satu percobaanku

Minggu, 30 Desember 2012

cerpen

dengan Ayah
Masih teriang dengan benar dibenak saya. Waktu itu saya bersama keluarga besarku liburan ke Kebun Teh. Itu bukanlah apa-apa, melainkan hari itu merupakan hari ketujuh dari hari raya Idul Fitri. Dimana semuanya pada menjalankan liburan terakhir dari kepadatan kerja rutin yang mencercah kehidupan ini. Saat itu saya sedang asyik naik kuda mengelilingi kebun, tapi tiba-tiba terdengar suara perempuan yang bergema dari salah satu sudut disana. Suara yang sangat tidak asing lagi buat saya. Yakni, MAMA. Dan kuputar langkah kuda tersebut menuju asal muasal suara itu terdengar. “Ya ma,,, ada apa?” “Cepat kamu turun ! ini adik kamu ngroweng ingin naik kuda itu ..” Ye,,? Kenapa tidak naik sendiri ma? kan disana masih banyak kudanya ,,,” “Alaah sudah,,, pokoknya adikmu inginnya naik kuda yang itu!” “ye,,, bilang saja kalau mama yang ingin!” “ingin apa’an? kamu tidak lihatkah wajah adikmu ini,,” (hmmm,,, biasa saja, tidak seperti memaksa/ingin-ingin banget) batinku Ya,,, dengan terpaksa aku harus turun, bergantian dengan adikku dan MAMA yang sedang kegirangan luar biasa. “Ih mama,,, kayak anak kecil saja, sukanya ngrebut kepunyaanku..” Betapa kesalnya hati ini, ku tendang botol aqua yang ada persis di depan kakiku. Upss,,, botol itu mangenai ayah yang terlihat dibawah (di tengah-tengah rerumpunan teh). Beliau Nampak sedang asyik memetik pucuk daun bersama kakek. Dan Nampak pula nenek yang sedang duduk manis di bawah pohon tak jauh dari tempat ayah. “Eh lhe,,, ada apa kamu? cepat kesini!” Dan sayapun segera memenuhi panggilannya. Dan tanpa basa-basi, saya minta maaf kepadanya. Dan menjelaskan semua hal yang menjengkelkan hatiku. “Oh,,, jadi cucuku marah cuma gara-gara itu?” ujar kakek. “Cuma, kata kakek?” “Kakek kamu benar lhe, bersikaplah dewasa sedikit. Toh hitung-hitung cari pahala juga” “tapi,,, itu..” Dan tak ujung selesai perkataanku, kemudian ayah menggandeng tanganku. “Tunggu disini ya pak?” kata ayah pada kakek. Lalu ayah membawaku ke tempat kuda yang dipajang untuk disewakan mengelilingi kebun teh tersebut. “Ayo lhe,,, kamu mau naik kuda yang mana ?” Aku hanya terdiam menganga. “Ayo sudah! Kudanya 2 pak!” Dan kamipun menunggangi kuda itu dan menyusul mama dan adik tadi. www.malu-malu tapi mau.com. “Kenapa ayah bisa bertindak seperti ini.” “Jawabannya cuma satu” “Apa itu?” “Tenang” “Maksud ayah bagaimana?” “Bukan ego yang kita dulukan, tapi coba bicaralah pada hatimu. Memang terkadang payung kalah dengan air hujan, tapi percayalah, bahwa ketenangan akan menghasilkan sesuatu yang istimewa” “Istimewa macam apa yang ayah maksudkan” “Istimewa ala Cheribell ha ha ha” “Haha” kamipun tertawa lepas. “Yang jelas jangan pernah takut untuk memberi, justru dengan kamu member,i apa yang kamu kasih itu pasti akan kembali. Bahkan dengan jumlah yang lebih besar” “Yaya..” Akhirnya, obrolan kami mengantarkan saya dan ayah bertemu dengan adik dan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar