cetar membahagiakan

inilah salah satu percobaanku

Senin, 18 Februari 2013

kisah PSG ku


Kisah perjalanan PSG (prakerin)
Untuk kali pertamanya saya mendengar kabar bahwa 17 Januari akan diadakan PSG, disaat itu pula saya senang dan amat tertarik pada kegiatan tersebut. Dengan begitu, pelajaran produktif yang saya dapat selama ini saya pelajari di Sekolah dapat ter-expose. Namun disisi lain, hati ini sedikit bingung, akan kemanakah saya harus melakukan kegiatan tersebut? Berbagai dareah tujuan prakerin diperkenalkan oleh guru-guru. Mulai dari Surabaya, Malang, Probolinggo, hingga kota sendiri. Namun, yang paling menarik hatiku adalah Surabaya. Karena selain guru-guru juga menjukkan beberapa keunggulan si kota pahlawan tersebut, kakak kelas saya yang pernah PSG disanapun menjelaskan bahwa kualitas keahlian yang didapat disana. Dan sesegera mungkin saya ceritakan kepada kedua orang tua saya. Seenarnya orang tua saya menginginkan saya untuk tetap berada di Pasuruan, namun, kerena keinginanku yang sudah menggebu-gebu, akhirnya orang tua saya menyetujuinya.
Dalam perjalanan PSG, bermula sekitar Desember lalu, waktu itu, saya dan ke empat temanku kali pertamanya pergi ke Surabaya. Dan sebelumnya, kami sudah mendapatkan surat pengantar dan izin dari kepala sekolah. Dan kamipun berangkat. Namun saat itu sedikit bingung, karena diluar terdapat dua alternatif untuk mencapai Surabaya. Yaitu bis antar kota dan kereta api. Disana kita terus berunding, membandingkan dan mengambil biaya termurah dari keduanya. Dan hasilnya pun, kereta jauh lebih terjagkau ketimbang bis. Kamipun ter us berjalan kestasiun, melewati lika-liku jalan, serta keramain kota. Akhirnya, kitapun sampai di Stasiun. Namun sayang seribu sayang, semuanya seakan percuma. Karena kereta jurusan Surabaya sudah beragkat, dan akan ada lagi Cuma jam 11.30 nanti. Namun bukan distasiun tersebut, tapi di stasiun Bangil. Dan kamipun segera bergegas untuk pergi kesana. Kami harus naik turun angkot sebanyak dua kali. Pertama kita harus naik angkot sampai ke pertigaan Keraton, kemudian, naik bis kota. Dan akhirnya, kami sampai juga disana. Dan setibanya, kami harus menunggu hingga loketnya buka. Sekitar jam sebelasan, barulah loket tersebut dibuka. Dan kamipun segera membeli tiket disana. Namun karena keretanya masih setengah jam lagi, jadi momon tersebut kami manfaat guna foto-foto disana.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya kereta yang kita tunggu-tunggu akhirnya datangnya juga. Dan kamipun menaikinya.
Setelah beberapa menit, akhirnya kereta yang kita tumpangi, sampai juga di tanah pahlawan.  Tepatnya di stasun Wonokromo. Hal yang pertama kalinya saya lakukan disana adalah sholat dzuhur berjama’ah, dan dilanjutkan dengan kenaikan kita keangkot kota sana, agar dapat menuju Hi-Tech Mall. Dan sesampainya disana, kami pun membagi diri menjadi du kelompok. Dan segera berpencar untu mencari tempat PSG. Dan saya masih ingat betul, ketika saya dan teman saya masuk kesebuah toko, untuk kali pertamanya kami langsung ditolak mentah-mentah. Tapi merupakan hal yang biasa, dan dapat menguatkan kami disaat mencari pekerjaan kita kelak. Kami terus mencari dan mencari, masuk dan masuk ke pertokohan. Baik itu toko kecil maupun besar. Dan kebetulan, ketika kami memasuki salah satu toko yang ada, dengan kepemilikan orang Cina, kamipun dites terlebih dahulu.dan hasilnya, kami tidak lolos. Sebenarnya, saya saja yang lolos. Namun karena kedua teman saya tidak lolos, jadi saya memilih untuk melepaskannya. Kami terus saja berputar-putar disana. Hingga ada suatu toko membuka lowongan bagi kami magang. Tapi Cuma dua orang, dan kamipun menerima tawaran tersebut.
Hari yang cukup melelahkan. Sesampainya di rumah,  hari sudah malam. Walau begitu dan rasa capekku yang berlebihan, akhirnya saya mandi tengah malam. Dan akhirnya kami menceritakan semua pengalaman itu kepada teman-teman.
Hari terus berganti hingga sekitar dua harian sebelum hari H, semua anak yang magang di Surabaya dikumpulkan oleh pak Pras guna diberi pengarahan, mana yang boleh dan tidak dilakukan disana. Setelah semuanya pada clear akhirnya kami harus memutar otak kita, enaknya kita naik apa untuk pergi kesana, ada yang ingin carter, naik kereta dan juga bis. Semuanya diperhitungkan dengan matang, hasilnya ialah kita naik bis. Sedangkan pembimbingnya menyusul naik motor. Dan hari H nya pun kami berangkat untuk mengantar buku panduan untuk DUDI serta jurnal untuk kita. Serta kita gunakan kesempatan tersebut untuk mencari tempat kos.
Setelah disana kami tidak masuk kedalam THR, melainkan kita mencari tempat kos terlebih dahulu. Pertama kali kami masuk gang paling dekat dengan sana, dareah kumuh, kami hanya berputar-putar saja disana. Melihat suasana dan lingkungan yang ada. Sesekali kami juga tanya pada warga sekitar, tempat kos yang sekiranya nyaman dan murah. Dan orang tersebut mengantarkan kami pada sebuah rumah. Namun harganya tidak terjangaku. Keadaannya cukup bagus kiranya ada magang juda disana. Kami tidak langsung menerima tawaran tadi, melainkan kami terus saja berusaha menawarnya. Sembari diskusi disana. Hingga kami benar-benar memilih untuk meninggalknannya. Kami tak menyerah dengan ini semua. Kami terus saja mencari-cari hingga jam menunjukkan pukul 11.30. akhirnya kami memutuskan untuk menunaikan ibadah sholat Jum’at terlebih dahulu.
Setelah kami sholat Jum’at, kami melanjutkan perjalanan kami, kita coba memasuki gang yang pertama kali kami masuki tadi. Kami coba untuk lebih bersabar, dan memasuki tiap kos-kosan yang ada. Dan kebetulan ada warga yang menunjukkan kos-kosan dengan kami, tempatnya dekat surau pula. Tempatnya lumaya juga, hingga kami memutuskan untuk mengambil tawaran orang tadi.
Selang beberapa hari, kamipun mulai melaksanakan kegiatan prakerin disana. Hari pertama, ongkos dan uang jajan banyak, kamar tertata rapi. Dan itu berlanjut hingga satu bulan kedepan. Namun, dua sampai tiga bulan berikutnya, kamar pada acak-acakan, dan tak heran bila uangku banyak hilang/ entah itu dicuru atau terselip diantara kekotora tadi. Keadaan begitu ramai, soalnya memang bukan dari kami saja, disama juga ada anak PSG juga dari Mojokerto. Namun kekacauan tersebut membuat kita sebel tatkala kami mandi atau cuci baju. Tapi terutama mandi, kami harus mengantri berjam-jam terlebih dahulu. Maka tak ayal bila kami telat dalam berangkat. Tapi sukurlah DUDI mewajarinya. Selain antrian mandi, yang sangat menyesalkan adalah para tikus liar dengan ukuran jumbonya. Terkadang kami dibuat tertawa olehnya, baaimana tidak, disaat kami tertidur pulas, para tikus tadi berkeliaran dan masuk kamar kami. Entah sengaja atau tidak, bilamana si tikus tidak menemukan makanan di tempat kami, kaki kami lah yang menjadi santapannya. Jadi orang yang tergigit tadi sentak kaget dan terbangun seketika itu pula. Dan yang lainpun sentak terbangun dan menertawakannya. Semua terbahak gurih diatas tengahnya malam.
Pada hari pertama saya masih bingung apa yang harus saya kerjakan. Dan saya sama sekali tidak menegenal dengan itu semua. Siapa saja nama pegawai disana. Namun setelah kami untuk pertama kalinya diajak mengambil barang, akhirnya saya sedikit akrab dengan pegawai yang ada disana. Termasuk anak-anak tyang juga magang disana. Dan tanggung-tanggung, kami minta nomer masing-masing dari anak yang magang dan juga nomer pegawai yang ada disana. Dan hampir setiap malam kami saling kontak, dan akrab dengan semuanya. Hingga kami semua jadi anak emas disana,\. Kami sangat bahagia disana. Semua apa yang kami mau, pasti diturutinya. Hingga akhirnya hari-haripun terlalui dan genap tiga bulan. Tugas magangpun berarti telah selesai. Alhamdulillah..
The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar